A.
Latarbelakang Masalah
Nabi Muhammad saw. Tidak
meninggalkan wasiat tentang siapa yang akan menggantikan beliau sebagai
pemimpin politik umat Islam setelah beliau wafat. Beliau tampaknya menyerahkan
persoalan tersebut kepada kaum Muslimin untuk menentukannya sendiri. Kaena itu,
tidak lama setelah beliau wafat; belum lagi jenazahnya dimakamkan, sejumlah
tokohMuhajirin dan Ashor Berkumpul dibalai kota
Bani Sa’dah, Madinah. Mereka
memusyawarahkan siapa yang akan menjadi pemimpin. Musyawarah tersebut berjalan
cukup alot karena masing-masing pihak, baik pihak Muhajirin maupun Anshar
merasa berhak menjadi pemimpin Umat Islam, namun dengan semangat ukhuwah
Islamiyah yang tinggi, akhirnya Abu Bakar terpilih melalui musyawarah tersebut.[1]